🐽 Kata Kata Cemoohan Menjadi Tepuk Tangan
Na do saranghae,” katanya. Untunglah dia menjawab ‘na do’. Teman-teman Haera, hanya bertepuk tangan (iyalah masa tepuk kaki). Hangeng POV Valentine tahun ini kurang mengasyikkan. Bagaimana aku bisa menjalani hari valentine sedangkan kekasihku, Chaerin, berada dikampusnya?
277Likes, 5 Comments - ombijak (@maubijak) on Instagram: “Hingga suara cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan :D #maubijak #ombijak #bijak #bijaksana”
Cadangandevisa anjlok US$ 110 miliar menjadi US$ 3,33 triliun pada Desember Jadi masih ada ruang yang besar untuk melakukan operasi yang diperlukan guna menjaga kestabilan yuan," kata Li. Para korban penembakan yang selamat dan keluarga mereka berdiri di belakang Obama dan menyambut dengan tepuk tangan setiap kali Obama mempertegas
Bahkananehnya setelah selesai do’a dilantunkan, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam gedung tersebut seolah-olah mengisyaratkan sebagai bentuk apreseasi atas apa yang terjadi di hadapan forum tershormat tersebut. Nah, ternyata kejadian tidak biasanya di senayan tersebut belum selesai, bahkan turut menjadi bahan konsumsi publik.
Apaboleh buat ibarat kata ’ Tak ada rotan kayu pun jadi ’ bagi Jamal ’ Tak ada jablay , Mimin pun jadi’ dan hari itu Jamal benar – benar merasakan kepuasan yang jauh beda dari biasanya. Tapi, semua anggota Geng Chaos memahami sikap Bu Selly sebagai satu trik agar bisa berduaan dengan Guinot dengan tepuk tangan mereka. Guinot
Terkadangdengan Kematian, semua masalah akan terasa Selesai, Kematian akan menyelesaikan segalanya menjadi suatu kelegahan yang tak jelas tapi selesai, tapi tidak, Kematian itu hanya akan menjadi sebuah Misteri yang terkubur yang seiring dengan berjalannya waktu pasti akan terungkap dan bahkan akan menambah rentetan masalah tersebut, orang
XaviSenang, Cemoohan untuk Ousmane Dembele Jadi tepuk Tangan. Xavi Senang, Cemoohan untuk Ousmane Dembele Jadi tepuk Tangan.
Terlepasdari cemoohan di sana-sini, sekali lagi, cercaan dari berbagai pihak, yang menganggap hal ini adalah suatu pemaksaan yang biadab. Huruf-huruf yang masih terpisah tak bermakna tanpa diikat dalam sebuah kata. Sebuah kata tak dapat dipahami tanpa dilengkapi dengan kata-kata lainnya. Tepuk tangan riuh dari para penonton sepanjang
BayiGajah Ini Menangis 5 Jam Setelah Diinjak Induknya. biasanya itu bayinya itu ada penyakitnya atau tidak normal semua itu dilakukan atas dasar naluri seperti induk kucing akan memakan bayi kucing jantan yg bulunya 3 jenis warna karena bulu 3 jenis warna itu hanya untuk kucing betina jadi bayi kucing itu kemungkinan :maho dan wajib di
. Pranala link cemooh n ejekan; hinaan cela dan - angkatan muda terhadap angkatan sebelumnya perlu sekali dikritik;mencemooh v mengejek; menghina kepada kemudian terdengar lagi suara tawa terkekeh-kekeh seperti ~;mencemoohkan v mengejek; menghinakan; menertawakan sebanyak yang memuji, sebanyak itu pula yang mencela dan ~ nya;cemoohan n hasil mencemooh; ejekan; hinaan ✔ Tentang KBBI daring ini Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ini merupakan KBBI Daring Dalam Jaringan / Online tidak resmi yang dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan dan pembacaan arti kata lema/sub lema. Berbeda dengan beberapa situs web laman/website sejenis, kami berusaha memberikan berbagai fitur lebih, seperti kecepatan akses, tampilan dengan berbagai warna pembeda untuk jenis kata, tampilan yang pas untuk segala perambah web baik komputer desktop, laptop maupun telepon pintar dan sebagainya. Fitur-fitur selengkapnya bisa dibaca dibagian Fitur KBBI Daring. Database utama KBBI Daring ini masih mengacu pada KBBI Daring Edisi III, sehingga isi kata dan arti tersebut merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud dahulu Pusat Bahasa. Diluar data utama, kami berusaha menambah kata-kata baru yang akan diberi keterangan tambahan dibagian akhir arti atau definisi dengan "Definisi Eksternal". Semoga semakin menambah khazanah referensi pendidikan di Indonesia dan bisa memberikan manfaat yang luas. Aplikasi ini lebih bersifat sebagai arsip saja, agar pranala/tautan link yang mengarah ke situs ini tetap tersedia. Untuk mencari kata dari KBBI edisi V terbaru, silakan merujuk ke website resmi di ✔ Fitur KBBI Daring Pencarian satu kata atau banyak kata sekaligus Tampilan yang sederhana dan ringan untuk kemudahan penggunaan Proses pengambilan data yang sangat cepat, pengguna tidak perlu memuat ulang reload/refresh jendela atau laman web website untuk mencari kata berikutnya Arti kata ditampilkan dengan warna yang memudahkan mencari lema maupun sub lema. Berikut beberapa penjelasannya Jenis kata atau keterangan istilah semisal n nomina, v verba dengan warna merah muda pink dengan garis bawah titik-titik. Arahkan mouse untuk melihat keterangannya belum semua ada keterangannya Arti ke-1, 2, 3 dan seterusnya ditandai dengan huruf tebal dengan latar lingkaran Contoh penggunaan lema/sub-lema ditandai dengan warna biru Contoh dalam peribahasa ditandai dengan warna oranye Ketika diklik hasil dari daftar kata "Memuat", hasil yang sesuai dengan kata pencarian akan ditandai dengan latar warna kuning Menampilkan hasil baik yang ada di dalam kata dasar maupun turunan, dan arti atau definisi akan ditampilkan tanpa harus mengunduh ulang data dari server Pranala Pretty Permalink/Link yang indah dan mudah diingat untuk definisi kata, misalnya Kata 'rumah' akan mempunyai pranala link di Kata 'pintar' akan mempunyai pranala link di Kata 'komputer' akan mempunyai pranala link di dan seterusnya Sehingga diharapkan pranala link tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam penulisan, baik di dalam jaringan maupun di luar jaringan. Aplikasi dikembangkan dengan konsep Responsive Design, artinya tampilan situs web website KBBI ini akan cocok di berbagai media, misalnya smartphone Tablet pc, iPad, iPhone, Tab, termasuk komputer dan netbook/laptop. Tampilan web akan menyesuaikan dengan ukuran layar yang digunakan. Tambahan kata-kata baru diluar KBBI edisi III Penulisan singkatan di bagian definisi seperti misalnya yg, dng, dl, tt, dp, dr dan lainnya ditulis lengkap, tidak seperti yang terdapat di KBBI PusatBahasa. ✔ Informasi Tambahan Tidak semua hasil pencarian, terutama jika kata yang dicari terdiri dari 2 atau 3 huruf, akan ditampilkan semua. Jika hasil pencarian dari daftar kata "Memuat" sangat banyak, maka hasil yang dapat langsung di klik akan dibatasi jumlahnya. Selain itu, untuk pencarian banyak kata sekaligus, sistem hanya akan mencari kata yang terdiri dari 4 huruf atau lebih. Misalnya yang dicari adalah "air, minyak, larut", maka hasil pencarian yang akan ditampilkan adalah minyak dan larut saja. Untuk pencarian banyak kata sekaligus, bisa dilakukan dengan memisahkan masing-masing kata dengan tanda koma, misalnya ajar,program,komputer untuk mencari kata ajar, program dan komputer. Jika ditemukan, hasil utama akan ditampilkan dalam kolom "kata dasar" dan hasil yang berupa kata turunan akan ditampilkan dalam kolom "Memuat". Pencarian banyak kata ini hanya akan mencari kata dengan minimal panjang 4 huruf, jika kata yang panjangnya 2 atau 3 huruf maka kata tersebut akan diabaikan. Edisi online/daring ini merupakan alternatif versi KBBI Offline yang sudah dibuat sebelumnya dengan kosakata yang lebih banyak. Bagi yang ingin mendapatkan KBBI Offline tidak memerlukan koneksi internet, silakan mengunjungi halaman web ini KBBI Offline. Jika ada masukan, saran dan perbaikan terhadap kbbi daring ini, silakan mengirimkan ke alamat email gmail com Kami sebagai pengelola website berusaha untuk terus menyaring iklan yang tampil agar tetap menampilkan iklan yang pantas. Tetapi jika anda melihat iklan yang tidak sesuai atau tidak pantas di website ini silakan klik Laporkan Iklan
› Opini›Dahaga Tepuk Tangan Seperti narkoba tepuk tangan bisa menjadi candu. Bisa bikin ketagihan. Bisa pula disalahgunakan. Mereka yang dahaga, bahkan sakau, ingin selalu ditepuktangani, melampaui aneka batas. HERYUNANTOIlustrasiJika hari ini khalayak gaduh perkara tepuk tangan—tepatnya lantaran ada tokoh minta ditepuktangani— saya justru ingin berefleksi. Betapa penting- nya keplok, tepuk tangan, itu. Ternyata tepuk tangan itu luar biasa yang bisa menggerakkan kebaikan, tapi sebaliknya bisa menjungkalkan seseorang menuju keterpurukan. Tepuk tangan bisa tulus dan jujur, tapi sekaligus bisa penuh kepalsuan. Masih ingat ”temu wicara” zaman Orde Baru era tahun 1980-1990-an? Bagi pemerintah saat itu, mungkin itu acara ”serius”. Namun, bagi orang yang mengenali jagat teater, peristiwa ini laksana panggung komedi. Teater banget. Terasa adanya kepura-puraan, seperti aktor-aktor panggung mencoba meyakinkan penontonnya bahwa yang dimainkan adalah realitas ”temu wicara” kita melihat adegan seorang pemimpin menjaring aspirasi rakyat kecil. Presiden Soeharto duduk didampingi sejumlah menteri dan pejabat daerah, bahkan sampai level kecamatan, dan di hadapannya rakyat yang diasumsikan ”akar rumput” duduk manis. Lalu tangan bisa tulus dan jujur, tapi sekaligus bisa penuh Harto bertanya. Rakyat menjawab. Jawabannya selalu lancar. Bahkan terasa seperti hafalan. Dan seumpama Pak Harto nyeletuk lucu, rakyat yang memang bukan aktor teater itu menjadi gagap. Pengin ketawa, tapi bimbang. Tengak-tengok kiri kanan. Dan baru berani tertawa setelah ada semacam komando. Maka tertawalah bukan lagi ekspresi dan reaksi spontan dari kejenakaan, tapi semacam koor yang menunggu aba-aba. Begitu pun untuk tepuk tangan. Pak Harto memang tidak pernah meminta rakyatnya menepuktangani pernyataannya. Tapi ”sutradara” ”temu wicara” tentu telah melatih dengan cermat kapan ”rakyat” harus bertanya, menjawab, tertawa, dan bertepuk tangan. Aksi dan reaksi sama-sama kepalsuanBagi seniman, tentu hal ini sangat inspiratif. Menjadi ilham yang bisa menjadi ventilasi sosial. Melonggarkan kesumpekan karena terlalu sering melihat seremonial basa-basi yang selalu ditayangkan TVRI berlama-lama. Juga disiarkan langsung atau ulang RRI. Dan wajib di-relay semua radio model begini yang pada 1989 menggoda Teater Gandrik untuk memanggungkan lakon Upeti karya Heru Kesawa Murti. Lakon yang bicara anatomi korupsi di semacam dinas pendapatan daerah sebuah kota ini diawali adegan ”temu wicara”. Mengimitasi gaya ”temu wicara”-nya Pak INDRA RIATMOKOTeater Gandrik menggelar pementasan berjudul "Hakim Sarmin" di Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Rabu 29/3/2017. Pementasan tersebut mengisahkan sebuah jaman ketika keadilan dan kegilaan tidak bisa lagi dibedakan. Gaya dan suasananya sama. Bedanya, di pertunjukan digambarkan ”temu wicara” ini penuh kepalsuan. Ada latihannya. Ada yang mengendalikan. Ada yang mengatur siapa harus bertanya apa. Ada yang mengomando kapan mereka harus bertepuk tangan dan gaya pemanggungannya yang jenaka, Teater Gandrik cuma ingin bikin satire ala punakawan dunia pewayangan. Sekadar mengingatkan para kesatria ketika mereka mabuk kekuasaan jadi ngelak keplok. Dahaga tepuk gerakan spontan mempertemukan dua telapak tangan ini seperti candu. Bikin ketagihan. Mereka yang dahaga, bahkan sakau, ingin selalu ditepuktangani, melampaui aneka batas. Lintas disiplin profesional, lintas agama, lintas jender, lintas sosial, lintas akademi, lintas siapa pun bisa diterpa sindrom ini. Ini sangat manusiawi. Entah ini gejala psikologi macam yang dahaga, bahkan sakau, ingin selalu ditepuktangani, melampaui aneka parkirKita hanya tahu, tepuk tangan itu sebuah apresiasi. Penghargaan yang paling murah dan bersifat spontan. Bertemunya kenyataan dengan apa yang diharapkan. Pernyataan atau tindakan yang menyentuh relung terdalam hati kita. Ada yang terasa klop. Jleb yang kita simpan dalam pikiran, yang semula hanya terbayangkan dalam imajinasi, kali ini mewujud di hadapan kita. Maka dengan ikhlas dan kegembiraan, kita royal memberikan aplaus. Tepuk tangan pun suara penyanyi merdu mengartikulasikan syair yang menohok hati, dengan aransemen musik yang bikin fantasi melayang-layang, spontan kita berdiri bertepuk dan mencermati dialog aktor panggung yang seakan-akan mewakili pikiran dan kegelisahan para penonton, langsung disambut keplok bersahutan. Begitu pun tatkala mendengar pemimpin menyatakan siap menjadi martir untuk kesejahteraan rakyatnya, memuliakan wong cilik, menegakkan keberadilan yang merata, memberikan pelayanan terbaik, mewujudkan perdamaian dunia, mengarahkan kemudi untuk jadi negara yang lebih baik dan terhormat, dan sebangsanya, tanpa ada yang mengomando kita bertepuk KOMPASTepuk tangan hadirin yang spontan berdiri bergemuruh di ruang rapat Komisi I DPR ketika dramawan WS Rendra selesai membacakan sebuah sajaknya Demi Orang-Orang Rangkasbitung. WS Rendra dan seniman-seniman Dewan Kesenian Jakarta bertemu dalam acara dengar pendapat dengan anggota Komisi I DPR, hari Rabu 5/12/1990.Bahkan ketika pemimpin minta maaf mengakui dosa-dosa masa lalu negerinya yang bertalian dengan kejahatan hak asasi manusia, dan berjanji ”menyelesaikan” di luar jalur hukum, kita pun tetap ikhlas memberikan tepuk tangan. Memberi apresiasi dari sebuah sifat tepuk tangan yang spontan, otentik, dan tulus, tentu tak ada yang bisa memonopoli tepuk tangan. Ia bisa hadir dalam kegembiraan sekaligus kepedihan. Dalam kehangatan persaudaraan sekaligus kebencian. Dalam kedamaian, tapi sekaligus ajakan perseteruan, bahkan konstelasi politik, kita kerap mendapat hiburan di acara-acara talk show televisi, bagaimana orang-orang yang dahaga tepuk tangan itu memainkan kata-kata semata-mata hanya untuk keinginan ditepuktangani. Betapapun harus kehilangan logika. Miskin data. Memanipulasi banjir di Ibu Kota bisa dibenarkan karena banjir adalah air yang sedang parkir. Atau seseorang mencitrakan sebagai oposisi kritis dengan membuat meme lucu-lucuan yang justru membuatnya tersandung pasal-pasal pidana. Dan akhirnya sifat tepuk tangan yang spontan, otentik, dan tulus, tentu tak ada yang bisa memonopoli tepuk tangan. Ia bisa hadir dalam kegembiraan sekaligus canduMau contoh lain? Ada tokoh politik yang sesumbar akan jalan kaki Jakarta- Yogyakarta jika ramalannya meleset. Ternyata ketika dugaannya meleset beneran, tak pernah ada realisasinya. Cuma mbelgedes. Rakyat pun tak menuntut. Bagi dia, yang penting sesumbarnya sudah ada perempuan aktivis sosial politik yang mendadak mengaku digebuki sampai wajahnya hancur, padahal ia sedang operasi plastik. Semata-mata karena dia kecanduan tepuk tangan. Ingin distigma jadi hero. Tapi—tragis banget— ujungnya malah terperangkap masuk bui karena tangan memang candu. Seperti narkoba. Bisa bikin ketagihan. Bisa pula disalahgunakan. Fungsi candu itu jadi positif atau negatif tergantung bagaimana kita memainkan. Saya selalu terpesona dengan kegigihan pelaku kesenian tradisional dan praktisi teater modern yang gigih bertahan di HELABUMISalah satu keluarga anggota Wayang Orang Bharata berada di dalam kamar yang sempit yang dibangun di gedung aula di padepokan Wayang Orang Bharata di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara, Kamis 18/8/2022. Tampak pada dinding kamar terpasang prasasti peresmian gedung aula Griya Amarta oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Wiyogo Atmodarminto pada 11 Agustus dunia yang sepi dari gemerlap kekayaan materi. Tidak bikin kaya raya. Setiap tampil cenderung nombok. Tapi tidak kapok. Kenapa? Hanya karena setiap selesai pertunjukan, ketika memberi hormat kepada penonton, mereka dihadiahi tepuk tangan. Upahnya hanya ditepuktangani. Dan besoknya mereka akan menikmati kesengsaraannya lagi, tekor lagi, latihan lagi, berpentas ingin diupah keplok yang tulus, spontan, ikhlas, jujur, dan otentik. Bukan tepuk tangan dan dramawan Rendra punya jargon ”kegagahan dalam kemiskinan”. Sebuah semboyan untuk merawat militansi dalam bermain teater. Kita boleh gagah meskipun tetap berteater tidak menjamin kesejahteraan ekonomi, tidak akan membuat seseorang menjadi kaya raya, semboyan itu membakar energi supaya orang tetap setia mengabdikan hidup di jagat teater. Orang kesenian itu hanya mengerjakan apa yang dicintai dengan passion. Dengan hanya sebuah akibat dari kesetiaan orang yang bekerja dengan cinta. Dan semuanya dimulai dari ”upah” yang paling murah bernama tepuk saya justru khawatir, jangan-jangan tulisan ini juga hanya disebabkan ingin ditepuktangani. Dianggap berani menyindir ke sana kemari. Saya tidak tahu. Bertanyalah kepada anjing yang KartaredjasaAktorKOMPAS/IWAN SETIYAWANButet Kartarejasa EditorSRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Ketika saya, duduk, mendengar sang astronom, di mana dia berceramah dengan tepuk tangan yang begitu meriah di ruang kuliah, betapa cepat, tanpa tanggung jawab, saya menjadi lelah dan sakit; Sampai naik dan meluncur keluar, saya mengembara sendirian, di udara malam yang lembab dan mistis, dan dari waktu ke waktu, menatap bintang-bintang dalam keheningan yang When I, sitting, heard the astronomer, where he lectured with such applause in the lecture room, how soon, unaccountable, I became tired and sick; Till rising and gliding out, I wandered off by myself, in the mystical moist night-air, and from time to time, looked up in perfect silence at the stars. ― Walt Whitman Penyair, esais dan wartawan dari Amerika Serikat 1819-1892
kata kata cemoohan menjadi tepuk tangan